Lompat ke isi utama
x

Puisi

Isi
Armiya

                                        Armiya, Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia


Sajak Jeritan Anak Pelosok Negeri

 

Dalam lamunan aku menggumam

Di bilik logika kubungkam kata-kata

Karena akan percuma lengkingan suara akan berakhir parau

Yang ada hanya luka tak berdarah

Diiris sembilu pengkhianatan, ditusuk tombak ketidakadilan

 

Cerita demi cerita kian mengetuk gendang telinga

Cerita itu indah nan megah menarasikan kebahagian

Namun apa yang kurasakan hanya sesak mencekik kerongkongan

Air mata mengering menangisi cerita indah itu

Memaksa darah keluar mengisyarakatkan luka yang amat dalam

 

Luka, luka tak berdarah ini kian bernanah

terinfeksi janji yang tak kunjung pasti

Tentang janji memperbaiki gubuk reyot sekolah kami

Namun nyatanya hanya sekedar visi yang tak kunjung terealisasi

 

Pasrah! lantas apa selain pasrah?

Dinding-dinding sekolah kian rapuh dimakan rayap

Lantai hanya tanah berdebu

Atap hanya susunan ilalang liar

Tiang-tiang senantiasa berdansa diterpa angin rimba

 

Di tengah lamunan aku kembali bergumam

Menanyakan tentang janji mencerdaskan kehidupan bangsa

yang tertulis indah dalam Undang-Undang Dasar 45

Mempersoalkan tentang keadilan dalam sila kelima Pancasila

Dusta! semua itu bagaikan tipu daya yang menjerma

 

Luka, lagi-lagi kami terluka

Mendengar pendidikan di Ibu kota

Kian maju dimegah deretan gedung sekolah

Teknologi katanya juga sudah terbumbui

Namun, apa kabar tentang pendidikan kami;

Pendidikan anak-anak di pelosok negeri

Bagai mimpi buruk yang patut dicaci

 

Pasrah, sekarang hanya pasrah menanti realisasi lewat tulisan sajak ini

Tentang sebuah sajak jeritan anak pelosok negeri

Menanti mimpi tentang realiasasi janji-janji

Membangun sekolah, memperbaiki bobroknya pendidikan anak pelosok negeri

Atau bahkan menunggu hitungan hari, dimana hancurnya masa depan kami.